Total Tayangan Halaman

Senin, 21 November 2011

EKLAMPSIA & PENDARAHAN PADA TRIMESTER III

Apakah eklampsia itu?
          Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.

Apa yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia?
          Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.


Apa saja faktor resiko terjadinya preeklampsia? 
      Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah:
  • Riwayat tekanan darah tinggi yang khronis sebelum kehamilan.
  • Riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya.
  • Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
  • Kegemukan.
  • Mengandung lebih dari satu orang bayi.
  • Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
Apa saja gejala preeklampsia yang patut di waspadai?
        Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
  • Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh.
  • Nyeri perut.
  • Sakit kepala yang berat.
  • Perubahan pada refleks.
  • Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
  • Ada darah pada air kencing.
  • Pusing.
  • Mual dan muntah yang berlebihan.
Apakah setiap wanita hamil yang kaki tangannya bengkak menderita preeklampsia?
          Beberapa wanita hamil yang normal dapat mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Tetapi jika bengkak yang timbul tidak mengecil saat istirahat dan ditambah dengan gejala yang saya sebutkan diatas, maka sebaiknya anda segera ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Bagaimana efek preeklampsia pada bayi?
          Preeklampsia dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil. Selain itu, preeklampsia juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan. 

Bagaimana mengobati preeklampsia dan eklampsia?
          Pengobatan preeklampsia dan eklampsia adalah kelahiran bayi. Preeklampsia ringan (tekanan darah diatas 140/90 yang terjadi pada umur kehamilan 20 minggu yang mana wanita tersebut belum pernah mengalami hipertensi sebelumnya) dapat dilakukan observasi di rumah atau di rumah sakit terggantung kondisi umum pasien. 

         Jika umur bayi masih prematur, maka diusahakan keadaan umum pasien dijaga sampai bayi siap dilahirkan. Proses kelahiran sebaiknya dilakukan di rumah sakit dibawah pengawasan ketat dokter spesialis kebidanan. Jika umur bayi sudah cukup, maka sebaiknya segera dilahirkan baik secara induksi (dirangsang) atau operasi. Untuk preeklampsia berat lebih baik dilakukan perawatan intensif di rumah sakit guna menjaga kondisi ibu dan bayi yang ada di dalam kandungannya.. Sebelumnya, kematian Luri AFI pun dicurigai akibat dari penyakit ini, jadi bagi wanita hamil ingat untuk selalu waspada atas apa yang terjadi atas kehamilan anda.


PENDARAHAN PADA TRIMESTER III
          Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Yang dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan dapat menurun.

A. SOLUSIO PLASENTA
Pengertian
          Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.
          Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan baik dari ibu maupun janin. Kejadian ini merupakan peristiwa yang serius dan merupakan penyebab sekitar 15% kematian prenatal. 50% kematian ini disebabkan oleh kelahiran prematur dan sebagian besar dari sisa jumlah tersebut meninggal karena hipoksia intrauterin. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah selaput ketuban, yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar, atau tersembunyi dibelakang plasenta membentuk hematoma retroplasenter.
         Hematoma retroplasenter yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya atau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk kedalam kantung ketuban. Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya daripada solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
Solusio plasenta dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1)      Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, biasanya pada jenis ini keadaan penderita lebih jelek, plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang, sering berkaitan dengan hipertensi.
2)      Solusio plasenta dengan perdarahan keluar, pada jenis ini biasanya keadaan umum penderita relatif lebih baik, plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan jarang berhubungan dengan hipertensi.

Etiologi/penyebab
       Etiologi solusio plasenta belum diketahui. Keadaan berikut merupakan faktor predisposisi/pemicu timbulnya solusio plasenta, yaitu:
  • Hipertensi esensialis atau hipertensi
  • Tali pusat pendek
  • Trauma eksternal
  • Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
  • Usia lanjut
  • Multiparitas
  • Defisiensi asam folat
  • Versi luar yang kasar atau sulit
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak mengakibatkan gawat janin.

Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan
         Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam  yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Solusio plasenta sedang
         Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai duapertiganya luas permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti pada solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam nampak sedikit , seluruh perdarahannya mungkin mencapai 1000ml. Ibu mungkin telah jatuh kedalam syok, demikian pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan telah ada, dan persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada solusio plasenta berat.
Solusio plasenta berat
          Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya, malah perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.

Diagnosis
Tanda dan gejala solusio plasenta berat
  • sakit perut terus menerus
  • nyeri tekan pada uterus
  • uterus tegang terus menerus
  • perdarahan pervaginam
  • syok
  • bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
  • air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah
Pada solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan gejala perut itu lebih nyata, seperti sakit perut terus menerus, nyeri tekan pada uterus dan uterus tegang terus menerus. Akan tetapi dapat dikatakan tanda ketegangan uterus yang terus menerus merupakan tanda satu-satunya yang selalu ada pada solusio plasenta, juga ada pada solusio plasenta ringan. Menegakkan diagnosis solusio plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat membantu apabila mengalami keragu-raguan dalam menegakkan diagnosis.

Komplikasi
          Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta berlangsung.  Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
  • kelainan pembekuan darah
  • oliguria
  • gawat janin
  • kematian
  • perdarahan. Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala 3 dan kelainan pembekuan darah. Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan ekstravasasi darah diantara otot-otot miometrium, seperti yang terjadi pada uterus couvelaire.
Penatalaksanaan
         Lakukan uji pembekuan darah, kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya koagulapati.
Transfusi darah segar
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan segera.
Seksio caesarea dilakukan jika:
  • janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum lengkap)
  • janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu singkat
  • persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
partus pervaginam, dilakukan apabila :
janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul.
  • Amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala 2 dengan ekstraksi forcep/vakum
  • Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari 2 cm
  • Lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dextrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
  • Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari kemudian.
B. PLASENTA PREVIA
Pengertian
          Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri. klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagian plasenta previa :
  • Plasenta previa totalis                    : seluruh permukaan tertutup oleh jaringan plasenta
  • Plasenta previa parsialis                : sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta
  • Plasenta previa marginalis            : pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
  • Plasenta letak rendah                    : plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke ostium uteri internum, pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
Etiologi
           Faktor terpenting terjadinya plasenta previa adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua sehingga menyebabkan atrofi dan peradangan pada endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat pada :
  • Multipara, terutama kalau jarak kehamilan yang pendek
  • Pada mioma uteri
  • Kuretase yang berulang-ulang
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta tumbuh/berimplantasi mendekati atau menutupi ostium internum untuk mencukupi kebutuhan janin. Implantasi palsenta pada segmen bawah rahim menyebabkan kanalis servikalis tertutup dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan.
Implantasi plasenta disebabkan oleh :
  • Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
  • Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan bagi plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin
  • Villi korealis pada korion leave yang persisten
Gambaran klinik
  • Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar
  • Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya
  • Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
  • Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak plasenta yang berada dibawah janin
  • Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi, teraba jaringan plasenta
Komplikasi
Pada ibu
  • Perdarahan pascasalin
  • Syok hipovolemik
  • Infeksi-sepsis
  • Emboli udara (jarang)
  • Kelainan koagulapati sampai syok
  • Kematian
Pada anak
  • hipoksia
  • anemia
  • kematian
penatalaksanaan
          perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan dengan baik. Tindakan yang akan kita pilih tergantung dari faktor-faktor :
  • jumlah perdarahan banyak/sedikit
  • keadaan umum ibu/anak
  • besarnya pembukaan
  • tingkat plasenta previa
  • paritas
penanganan ekspektatif
  • keadaan umum ibu dan anak baik
  • janin masih kecil
  • perdarahan sudah berhenti atau masih sedikit sekali
  • kehamilan kurang dari 37 minggu
penanganan aktif/terminasi
          Yaitu kehamilan harus segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, bila keadaan umum ibu dan anak tidak baik, perdarahan banyak, ada his, umur kehamilan lebih dari 37 minggu.
  • Persalinan dengan seksio caesarea
Segera melahirkan bayi dan plasenta sehingga memungkinkan uterus berkontraksi dan perdarahan dapat segera dihentikan, selain itu juga mencegah terjadinya laserasi serviks. Misalnya pada penderita dengan perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara dan tingkat plasenta previa yang berat.
  • Persalinan pervaginam
Dengan adanya penurunan kepala diharapkan dapat menekan plasenta pada tempat implantasinya didaerah terjadinya perdarahan selama proses persalinan berlangsung. Sehingga bagian terbawah janin berfungsi sebagai tampon untuk mencegah perdarahan yang lebih banyak.


C. INSERSI VELAMENTOSA
Pengertian
          Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.

D. PLASENTA SIRKUMVALATA
          Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi-tepi plasenta. Dengan demikian korion ini masih  berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.

PARTUS LAMA / MACET

A.           Definisi
Partus macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun janin (anak).
Partus macet merupakan persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam untuk multi gravida.

B.            Etiologi
Penyebab persalinan lama diantaranya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan keluaran his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelfik, pimpinan persalinan yang salah dan primi tua primer atau sekunder.

C.           Diagnosis
1.     Keadaan umum ibu
§    Dehidrasi, panas
§    Meteorismus, shock
§    Anemia, oliguri.
2.      Palpasi
§    His lemah
§    Gerak janin tidak ada
§    Janin mudah diraba
3.      Auskultasi
§    Denyut jantung janin, takikardia, irreguler, negatif (jika janin sudah mati).
4.      Pemeriksaan dalam
§    Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercamput dengan mekonium
§    Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika sudah terjadi rupture uteri
§    Suhu rectal lebih tinggi 37,50c.

D.           Diagnosa banding
Kehamilan / persalinan dengan infeksi ektra genital, disini suhu aksila lebih tinggi dari rectal dan ketuban biasanya masih utuh

E.            Komplikasi
·     Ibu
1.             Infeksi sampai sepsis
2.             Asidosis dengan gangguan elektrolit
3.             Dehidrasi, syock, kegagalan fungsi organ-organ
4.             Robekan jalan lahir
5.             Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
·     Janin
1.             Gawat  janin dalam rahim sampai meninggal
2.             Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap
3.             Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur

F.            Tindakan
·                Tujuan  perawatan :
1.    Memperbaiki keadaan umum ibu
§    Koreksi cairan ( rehidrasi)
§    Koreksi keseimbangan asam basa
§    Koreksi keseimbangan elektrolit
§    Pemberian kalori
§    Pemberantasan infeksi
§    Penurunan panas
2.   Mengakhiri persalinan dengan cara tergantung dari penyebab kemacetan atau anak hidup atau mati.
Sebaiknya tindakan pertama dilakukan lebih dahulu sampai kondisi ibu optimal untuk dilakukan tindakan kedua, diharapkan dalam 2-3 jam sudah ada perbaikan.
§    Bila pembukaan lengkap dan syarat-syarat persalinan pervaginam terpenuhi maka dapat dilakukan ekstraksi vacum, ekstraksi forcep, atau perforasi kranioflasi
§    Bila pembukaan belum lengkap dilakukan sectio caesarea.
         Persalinan normal berlangsung lebih kurang 14 jam, dari awal pembukaan sampai lahirnya anak.
Apabila terjadi perpanjangan dari
1.          Fase laten (primi : 20 jam, multi : 14 jam)
2.          Fase aktif (primi: 1,2 cm/ jam, multi 1 ½  cm/ jam)
3.          Kala III (primi : 2 jam, multi : 1jam)
Maka disebut partus lama.
Partus lama jika tidak segera diakhiri akan menimbulkan :
1.     Kelelahan pada ibu karena mengejan terus-menerus sedangkan intake kalori biasanya berkurang
2.     Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/ elektrolit karena intake cairan yang kurang
3.         Gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam jalan lahir.
4.    nfeksi rahim, timbul karena ketuban pecah lama sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril
5.         Perlukaan jalan lahir, timbulkan persalinan yang traumatik.

G.           Gejala klinis
·      Tanda – tanda kelelahan dan intake yang kurang
§    Dehidrasi, nadi cepat dan lemah
§    Metorismus
§    Febris
§    His yang hilang/ melemah
·       Tanda – tanda rahim pecah (rupture uteri)
§    Perdarahan melaluli orivisium eksternum
§    His yang hilang
§    Bagian janin yang mudah teraba
§    Robekan dapat meluas sampai cervix dan vagina
·        Tanda infeksi intra uteri
§    Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan  berbau, kadang bercampur dengan meconium
§    Suhu rectal > 37,50 c.
·         Tanda gawat janin
§    Air ketuban bercampur dengan mekonium
§    Denyut jantung janin irreguler
§    Gerak anak berkurang atau hiperaktif ( gerak konfulsif).

H.           Diagnosa keperawatan 
Keluarnya cairan sehubungan dengan pemanjangan persalinan dan pembatasan cairan/ tidak adekuatnya intake cairan
Tujuan : rehidrasi cairan pasien tercapai dalam proses persalinan
Intervens :
§    Pemberian cairan iv sesuai program pengobatan
Rasional : cairan iv menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh
§    Cek bibir pasien dan kekeringan membran mukosa dan turgor kulit
Rasional : dengan pengkajian klinik tahu tanda-tanda dehidrasi
§    Monitor cairan pasien intake dan output
Rasional : membantu untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.
·                Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tidak efektifnya dalam mengikuti proses persalinan
Tujuan :
Pengurangan rasa nyeri yang dialami selama proses persalinan
Intervensi :
§    Bantu pasien untuk memberikan support dengan menunggu pasien selama mungkin
Rasional : dengan kehadiran perawat secara kekeluargaan mengurangi rasa nyeri
§    Pimpin pasien dalam teknik bernafas dan latihan relaksasi
Rasional : mengurangi rasa tidak nyaman
§    Memberikan rasa nyaman, elusan pinggang dan penggantian posisi
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan menolong untuk rileks.
· Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah, adanya perangsangan pada vagina dengan menggunakan alat misal : kateter
Tujuan :
Tidak terjadi tanda – tanda infeksi sebagi akbat distosia
Intervensi
§    Monitor suhu, nadi tiap 2 jam
Rasional : peningkatan nadi adalah salah satu tanda infeksi
§    Dilakukan vulva higiene sebelum tindakan intra vaginal ( dengan menggunakan bahan desinfektan yodium bila tidak alergi dengan yodium
Rasional : dapat mengurangi masuknya kuman/ bakteri pada kulit selama tindakan
§    Penggunaan sarung tangan steril serta teknik yang baik dan benar selama tindakan intra vaginal
Rasional : meminimalkan masuknya kuman
§    Perlakukan terhadap intra vaginal jika ada indikasi
Rasional: dengan menggunakan pengkajian dan monitoring dapat mengurangi kemungkinan rupturnya membran ( ketuban).
·  Gangguan perfusi jaringan plasenta fetal distres berhubungan dengan memanjangnya proses persalinan
Tujuan :
Perkembangan bunyi jantung janin baik
Intervensi :
§    Observasi tanda-tanda fetal distres
Rasional : penurunan indikasi terjadinya fetal distres
§    Observasi warna campuran amnion
Rasional : mekonium keruh atau tidak bersih indikasi fetal distres
§    Posisi klien miring ke posisi lateral
Rasional : pasisi ini mengalirkan darah ke plasenta bertamba.
 
                                                                    Create:
                                                                           By: Bu Bidan Dian Husada

IBU BERSALIN PATOLOGIS DENGAN KASUS RETENSIO PLASENTA

LANDASAN TEORI

A. KALA III PERSALINAN


Menurut Tim revisi asuhan persalinan normal revisi 2007 :

1. Pengertian
Kala III Persalinan disebut juga sebagai kala uri/kala pengeluaran plasenta persalinan kala III dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu
2. Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini :
a. Perubahan bentuk tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.
b. Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld) .
c. Semburan darah mendadak dan singkat
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya grafitasi
Menurut Prf. Dr. Rustam Mochtar, gejala-gejala diatas timbul di dalam 5 menit setelah anak lahir. Kalau placenta sudah pasti lepas, maka ditentukan dulu apakah rahim berkontraksi baik dan kemudian diusahakan melahirkan placenta :
a. Dengan menyuruh pasien mengejan
b. Dengan tekanan pada fundus uteri
Tekanan pada fundus uteri hanya boleh dilakukan pada rahim yang berkontraksi baik, kalau dilakukan pada uterus yang lunak dapat menimbulkan inversio uteri (uterus terputar balik). Perdarahan abnormal bila melebihi 500 cc dan darah yang keluar setelah anak lahir harus ditakar.
Menurut buku obstetri fisiologi universitas padjajaran kala uri dibagi menjadi 2 tingkat :
a. Tingkat pelepasan placenta
Sebab-sebab terlepasnya placenta
1) Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan karena pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan placenta juga sangat me ngecil. Pelepasan placenta terjadi dalam stratum spongiosum yang banyak lubang.Jjadi faktor yang penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
2) Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara placenta dan desidua besar karena hematom ini membesar, maka seolah-olah placenta terangkat dari dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.

b. Tingkat pengeluaran plasenta
1) Pelepasan plasenta secara schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari placenta dan terjadi hematom retro placenta yang selanjutnya mengangkat placenta dari dasarnya. Lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini sering terjadi (80%)

.
2) Duncan
Uri mulai dari pinggir, jadi uri lahir terlebih dahulu (20%) darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.
Serempak dari tengah dan pinggir placenta.

B. Retensio Placenta

Menurut Sarwono Prawirohardjo :
a. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
b. Jenis retensio plasenta
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
4) Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus .
5) Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.


Retensio Plasenta dengan Separasi Parsial
a. Tentukan jenis Retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang akan diambil .
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkomntrol tali pusat .
c. Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40 tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg rektal .
d. Bila troksi terkontrol gagal, lahirkan plasenta secara hati-hati dan halus.
e. Lakukan tranfusi darah bila diperlukan
f. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 Iv/oral + metronida 20 l g supositorial/oral )
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.

Plasenta Inkarserata
a. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan
b. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi servik dan melahirkan plasenta
c. Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus oksitosis 20 IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengan tisipasi ganguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
d. Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut berikan analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedotif (diazepam 5mg IV) pada tabung suntik terpisah.

Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk ke RS.

Kehadiran Mu

Dahulu,,,
aku bagaikan langit malam tak berbintang
kesepian tiada kawan,,
.
Dahulu,,,
aku bagaikan awan di langit mendung
sendirian dan bingung,,,

Sampai kau datang dalam hidupku,,,
Menjadi bintang dalam hatiku,,,
Menjadi matahari dalam kesendirianku,,,
Menjadi langit yang cerah dalam kehidupanku,,,
Menggantikan kesuraman hari-hariku yang dulu,,,

Dirimu,,,
Telah merubah diriku,,,
Sepenuhnya,,,